Proses naturalisasi Jairo Riedewald, gelandang Royal Antwerp berdarah Indonesia, menghadapi hambatan serius yang membuat peluangnya membela Timnas Indonesia semakin kecil. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, mengungkapkan bahwa dokumen administratif Jairo belum lengkap dan kuat untuk diajukan ke FIFA. Situasi ini mengingatkan pada kasus serupa yang dialami Maarten Paes, yang membutuhkan waktu hingga delapan bulan untuk menyelesaikan proses naturalisasinya.
Jairo Riedewald sebelumnya telah menyatakan kesediaannya untuk bergabung dengan Timnas Indonesia. Pelatih Patrick Kluivert bahkan telah berbicara langsung dengannya untuk membahas rencana ini. Namun, meskipun Jairo sangat terbuka terhadap peluang tersebut, kendala administratif menjadi penghalang utama. Erick Thohir menjelaskan bahwa PSSI telah meminta bantuan beberapa pengacara untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi hingga kini belum ada solusi yang ditemukan.
Menurut Erick Thohir, PSSI tidak ingin terburu-buru mengajukan dokumen ke FIFA karena risiko penolakan dapat merusak kredibilitas federasi di mata dunia. Ia menegaskan bahwa setiap langkah harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada kesalahan yang dapat menghambat proses naturalisasi pemain lainnya di masa depan. "Kami tidak mau ajukan ini kepada FIFA lalu ditolak, dan akhirnya membuat FIFA tidak percaya lagi kepada kita," ujar Erick.
Proses naturalisasi Jairo Riedewald sejatinya dimulai bersamaan dengan pemain lain seperti Ole Romeny. Namun, nasib kedua pemain ini berbeda jauh. Jika Ole berhasil menyelesaikan semua prosesnya dan resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI), Jairo justru terjebak dalam masalah dokumen yang belum selesai. Hal ini menunjukkan betapa rumitnya proses naturalisasi pemain keturunan di Indonesia.
Erick Thohir juga mengakui bahwa kendala seperti ini bukan hal baru bagi PSSI. Sebelumnya, Maarten Paes mengalami situasi serupa yang memakan waktu lama sebelum akhirnya berhasil dinaturalisasi. Pengalaman tersebut menjadi pelajaran penting bagi federasi untuk memperbaiki manajemen administrasi agar lebih efisien di masa depan.
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Dito Ariotedjo, mengonfirmasi bahwa berkas Jairo belum sampai ke Kemenpora karena masih dalam tahap pelengkapan oleh PSSI. Dito menegaskan bahwa pihaknya siap mendukung proses ini jika semua dokumen sudah lengkap dan memenuhi persyaratan hukum yang berlaku.
Kendala administratif yang dihadapi Jairo juga memengaruhi strategi Timnas Indonesia menjelang kualifikasi Piala Dunia 2026. Dengan pertandingan melawan Australia dan Bahrain pada Maret 2025 semakin dekat, PSSI mulai mempertimbangkan opsi lain untuk memperkuat lini tengah tim nasional. Salah satu nama yang muncul sebagai alternatif adalah Joey Pelupessy, gelandang keturunan lainnya yang dianggap lebih siap secara administratif.
Meski begitu, harapan untuk mendatangkan Jairo Riedewald tetap ada. Dengan pengalaman bermain di liga-liga Eropa seperti Eredivisie dan Liga Belgia, Jairo dianggap sebagai tambahan berharga bagi Timnas Indonesia. Kehadirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas permainan tim nasional di level internasional.
Patrick Kluivert sebagai pelatih juga terus memantau perkembangan situasi ini. Ia percaya bahwa pemain-pemain diaspora seperti Jairo memiliki potensi besar untuk membantu Timnas Indonesia bersaing di kancah global. Namun, ia juga memahami bahwa proses administrasi harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum pemain dapat bergabung secara resmi.
Secara keseluruhan, kasus Jairo Riedewald mencerminkan tantangan besar dalam upaya PSSI menaturalisasi pemain keturunan untuk memperkuat Timnas Indonesia. Proses ini membutuhkan koordinasi yang baik antara federasi sepak bola, pemerintah, dan pihak-pihak terkait lainnya. Dengan waktu yang semakin sempit menjelang pertandingan penting, PSSI harus segera menemukan solusi agar tidak kehilangan kesempatan untuk mendatangkan pemain berkualitas seperti Jairo.
Comments
Post a Comment